Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Andre Rosiade, menyoroti dua tantangan utama dalam pengembangan industri pupuk nasional, yakni keterbatasan pasokan gas dan ketergantungan terhadap bahan baku impor. Isu ini mencuat dalam Kunjungan Kerja Reses Komisi VI DPR RI ke Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu (18/6/2025), yang turut dihadiri sejumlah BUMN strategis.
“Intinya ada dua tantangan besar: ketersediaan dan harga gas. Saat ini, sekitar 70 persen biaya produksi pupuk ditentukan oleh dua faktor ini,” ujarnya.
Ia menjelaskan, ketersediaan gas sangat menentukan lokasi pembangunan pabrik pupuk nasional ke depan.
“Apakah pabrik akan dibangun di Kalimantan atau Aceh, itu sangat bergantung pada pasokan gas dan biayanya,” lanjut politisi Fraksi Partai Gerindra tersebut.
Meski demikian, Andre menyebut cadangan gas nasional masih memadai, bahkan sejumlah sumber baru telah ditemukan. Ia menekankan perlunya sinergi lintas komisi di DPR RI agar BUMN mendapat dukungan optimal, khususnya dalam hal pasokan dan harga gas.
“Kami di Komisi VI akan berkoordinasi dengan Komisi VII untuk mendorong agar BUMN mendapatkan jaminan pasokan dan harga gas yang wajar,” tegasnya.
Selain itu, Andre juga menyoroti ketergantungan PT Pupuk Indonesia terhadap bahan baku impor, seperti fosfor.
“Sebagian besar bahan baku pupuk, seperti fosfor, memang masih diimpor, contohnya dari Yordania. Tapi insya Allah, ketersediaannya masih aman karena sudah ada kerja sama jangka panjang,” ungkapnya.
Menutup pernyataannya, Andre menegaskan pentingnya dukungan konkret terhadap Pupuk Indonesia agar mampu menjalankan program secara efisien, tepat sasaran, dan berkelanjutan, demi mendukung ketahanan pangan nasional.