Tak semua orang mendapat panggilan ke Tanah Suci. Tak setiap jiwa dipilih untuk menunaikan ibadah haji. Sebab haji, sebagai rukun Islam kelima, bukan sekadar perjalanan fisik melainkan perjalanan hati dan jiwa menuju titik balik seorang hamba.
Anggota Komisi VIII DPR RI dari Dapil Maluku, Alimudin Kolatlena merasakan hal itu. Di tengah padatnya prosesi ibadah haji tahun ini, ia menyempatkan diri merenungi makna haji dalam kehidupannya. Menurutnya, haji adalah anugerah besar yang tak semua umat Islam dapatkan. Ia menyebutnya sebagai “panggilan” khusus dari Allah bagi mereka yang dikehendaki-Nya.
“Haji itu ibadah seperti syahadat, shalat, zakat, dan puasa. Tapi hadir dengan rasa yang sangat berbeda,” ujar politisi Fraksi Partai Gerindra itu dengan mata berkaca-kaca, saat ditemui di Mina, Makkah, Arab Saudi, Minggu (8/7/2025).
Bagi Alimudin, ini adalah kali pertama ia menjejakkan kaki di Tanah Suci. Ia menggambarkan suasana spiritual yang menggugah hati pengalaman yang ia yakini akan menjadi titik balik dalam hidupnya sebagai seorang Muslim.
“Ketika sampai di tanah para Nabi dan Rasul, hati ini bergetar. Kita merasa sangat kecil, dan menyadari betapa banyak hal yang perlu kita perbaiki dalam hidup,” tuturnya.
Selama menjalani rangkaian ibadah, ia merasa seolah sedang dimurnikan kembali. Setiap langkah di Mina, detik di Arafah, hingga doa di Multazam, dirasakannya sebagai proses pembersihan jiwa dari keangkuhan dan kepalsuan dunia.
“Semoga ini menjadi awal perubahan pribadi ke arah yang lebih baik,” harapnya.
Tak hanya untuk dirinya, Alimudin juga menyisipkan doa bagi seluruh umat Muslim di Indonesia dan dunia. Ia berharap lebih banyak saudara seiman yang kelak dipanggil merasakan suasana suci ini.
“Saya doakan mereka yang kita cintai, dan seluruh Muslim, bisa merasakan indahnya ibadah haji. Mengalami perubahan batin seperti yang saya alami,” katanya.
Alimudin pun menegaskan bahwa makna haji tak boleh berhenti di Tanah Suci. Nilainya harus terus hidup dalam sikap dan tindakan setelah kembali ke tanah air.
“Cukuplah sekali dalam hidup kita menunaikan haji. Tapi biarlah dampaknya terasa sepanjang hayat. Karena haji bukan sekadar status, tapi panggilan untuk menjadi manusia yang lebih lurus, lembut, dan taat,” pungkasnya.