Hujan tak henti mengguyur Samarinda selama beberapa hari terakhir. Di Perumahan Bengkuring, Kelurahan Sempaja Timur, Kecamatan Samarinda Utara, ratusan rumah warga terendam. Banjir bertahan hingga tiga hari, menghadirkan wajah muram yang seolah jadi langganan di musim hujan.
Namun, Rabu (28/5/2025), suasana berbeda terlihat. Ketua DPD Partai Gerindra Kaltim yang juga Wakil Gubernur Kaltim, Seno Aji, hadir langsung bersama rombongan. Mengenakan rompi partai, ia menelusuri gang-gang sempit, menyapa warga, dan meninjau lokasi terdampak banjir.
“Kami tak hanya membawa bantuan, tapi juga pesan: ini tak boleh terus berulang,” ujar Seno Aji usai menyerahkan sembako kepada warga.
Banjir di Bengkuring bukan hal baru, namun kali ini air mencapai dua meter di beberapa titik. Meski sudah mulai surut, lumpur dan kerusakan masih menyisakan jejak bencana. Luapan Sungai Karang Mumus dan limpasan Waduk Benanga diduga sebagai penyebab utama.
“RT 37 Jalan Terong paling parah. Hampir selalu banjir saat hujan besar,” jelas Seno.
Jamhudin, Ketua RT 37, mengaku kelelahan membantu warga mengamankan barang selama tiga hari.
“Drainase tak lagi mampu menampung air. Kami butuh solusi nyata,” harapnya.
Kekhawatiran warga makin besar karena banjir seperti ini makin sering terjadi.
“Dulu cepat surut, sekarang malah betah tinggal,” kata salah satu warga, separuh bercanda, separuh khawatir.
Ketua DPRD Samarinda, Helmi Abdullah, yang turut mendampingi, menegaskan perlunya penataan menyeluruh.
“Tak bisa tambal sulam. Butuh integrasi dari hulu ke hilir, termasuk pengendalian air waduk,” tegasnya.
Dua legislator Gerindra, Markaca dan Deni Hakim Anwar, juga hadir memberikan bantuan.
“Ini wujud kepedulian kami, meski nilainya tak seberapa,” kata Deni.
Seno Aji menegaskan komitmennya berkoordinasi dengan Balai Wilayah Sungai.
“Kita targetkan Samarinda bebas banjir dalam 1–2 tahun. Tapi ini butuh kerja sama semua pihak,” ujarnya.
Menurutnya, sejumlah langkah konkret akan segera dibahas, mulai dari peninggian sungai, evaluasi kapasitas waduk, hingga mitigasi jangka panjang.
Warga hanya bisa menanti. Air boleh surut, tapi harapan tetap menggantung. “Kami tak minta mewah. Hanya ingin tidur nyenyak tanpa takut air masuk rumah,” ujar seorang ibu rumah tangga.
Setelah hampir dua jam berdialog dan meninjau lokasi, rombongan Gerindra meninggalkan Bengkuring. Tapi harapan tertinggal bahwa ini bukan sekadar kunjungan, melainkan langkah awal menuju perubahan.
Bengkuring ingin bebas dari duka tiap musim hujan. Dan Samarinda, harus benar-benar siap menghadapi tantangan banjir.