Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Putih Sari, menyoroti ketergantungan industri kesehatan Indonesia pada impor bahan baku obat, yang mencapai sekitar 90%. Ia menekankan bahwa untuk mewujudkan visi misi Presiden Prabowo dalam membangun kemandirian industri farmasi di dalam negeri, langkah konkret dari BPOM menjadi sangat penting.
“Kami mendorong BPOM agar lebih konkrit dalam langkah-langkahnya untuk mewujudkan kemandirian industri farmasi, karena jika tidak dimulai, kita akan terus tertinggal,” ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Kepala BPOM di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Rabu (5/2/2025).
Putih Sari menyadari bahwa mewujudkan kemandirian ini tidak mudah, mengingat kendala pasokan bahan baku dalam negeri dan kebutuhan investasi teknologi yang besar. Namun, ia menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran dan dukungan agar Indonesia dapat lebih mandiri dalam industri kesehatan.
“Saya kira ini perlu terus disuarakan untuk meningkatkan kesadaran kita semua agar kemandirian di sektor kesehatan bisa terwujud,” tambahnya.
Srikandi Gerindra itu juga mengapresiasi upaya BPOM dalam menegakkan hukum terkait produk-produk yang tidak sesuai dengan aturan, baik kosmetik maupun produk lainnya. Ia memuji penindakan yang sudah berjalan, seperti sanksi administrasi terhadap pelanggar, namun mengingatkan perlunya pengawasan lebih lanjut terhadap produk yang sudah ditarik dari peredaran.
“Perlu diperhatikan juga agar produk yang sudah ditarik tidak beredar kembali dengan kemasan yang dimodifikasi,” tegas Putih Sari.
Ia berharap temuan-temuan BPOM dapat efektif mengurangi pelanggaran terkait keamanan produk obat, kosmetik, dan pangan di Indonesia. Sanksi yang tegas, menurutnya, sangat diperlukan untuk memberikan efek jera dan melindungi keselamatan masyarakat.