Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi Gerindra, Bambang Haryo Soekartono, mengkritik keras analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait dampak erupsi Gunung Lewotobi Laki Laki.
Menurut Bambang, pernyataan BMKG yang menyebut bahwa erupsi tersebut berdampak hingga ke Bali dan Lombok tidak akurat.
“Letusan Gunung Lewotobi tidak berdampak ke Bali dan Lombok karena posisi geografis dan arah angin yang bergerak dari barat ke timur. Ini sudah terbukti, tidak ada abu vulkanik yang mencapai kedua wilayah itu,” ujar Bambang, Kamis (14/11/2024).
Bambang menjelaskan bahwa pada bulan November hingga Februari, arah angin di Indonesia umumnya bergerak dari barat ke timur, sehingga wilayah yang terpengaruh abu vulkanik adalah daerah timur Lewotobi, bukan Bali dan Lombok yang terletak di sebelah barat.
“Bahkan Kupang yang berada di selatan Lewotobi hanya terdampak sedikit, apalagi Bali dan Lombok,” tegasnya.
Bambang, yang juga memiliki armada laut yang memantau arah angin di kawasan NTT, menilai bahwa informasi BMKG yang tidak akurat bisa merugikan sektor pariwisata, karena dapat menimbulkan ketakutan pada wisatawan.
“BMKG memiliki anggaran dan sarana pemantauan yang cukup besar. Kesalahan informasi ini bisa merugikan sektor pariwisata di Bali dan Lombok,” jelas Bambang.
Selain itu, Bambang mengkritik BMKG terkait ketidakakuratan ramalan cuaca yang berdampak pada sektor pertanian, nelayan, dan transportasi.
“Jika BMKG merasa kesulitan, mereka bisa mengutip data dari badan pemantau cuaca internasional seperti Singapura, Australia, atau Amerika,” tambahnya.
Dengan anggaran sebesar Rp2,769 triliun, Bambang menyatakan bahwa BMKG seharusnya mampu meningkatkan kompetensi SDM agar informasi yang disampaikan tidak menyesatkan masyarakat.
Menanggapi kritik tersebut, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa pihaknya telah mengklasifikasikan data berdasarkan informasi dari VAAC Darwin yang menunjukkan bahwa abu vulkanik hanya berdampak di wilayah NTT sebelah barat.