Anggota Komisi V DPR RI, Danang Wicaksana Sulistya, mengemukakan sejumlah catatan terkait keterlambatan proyek dan pengelolaan aset di sektor perkotaan. Ia membuka ruang diskusi untuk membahas penyebab keterlambatan pembangunan dan upaya antisipasi penyelesaian proyek infrastruktur, khususnya di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Danang mengungkapkan keterkejutan atas lamanya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek konstruksi Bendungan Meninting, yang seharusnya dapat diselesaikan dalam rentang waktu yang ideal.
“Saya agak kaget karena proyek Bendungan Meninting yang seharusnya selesai dalam empat tahun (2020-2024) mengalami keterlambatan. Ini perlu digali lebih dalam, apakah karena cuaca ekstrem atau proses perizinan yang tidak berjalan sesuai jadwal,” ujar Danang usai mengikuti Kunjungan Kerja Spesifik Komisi V DPR RI ke Bendungan Meninting, Lombok Barat, NTB, Jumat (21/2/2025).
Menurutnya, selama periode empat tahun tersebut, seharusnya ada upaya antisipasi dari Kementerian Pekerjaan Umum (KemenPU) yang lebih maksimal. Ia juga mempertanyakan koordinasi dan kesiapan semua pihak yang terlibat, mulai dari pelaksana lapangan hingga pengawas.
“Masa tidak ada antisipasi dari pihak-pihak yang ada supaya proyek ini selesai tepat waktu. Saya sangat menyayangkan peristiwa ini terjadi,” tambahnya.
Selain masalah teknis, Danang juga mengaitkan keterlambatan dengan potensi permasalahan pendanaan dan peran mitra lokal. Ia menilai adanya keterlambatan ini disebabkan oleh kendala administratif dan alokasi dana, yang berdampak pada penyelesaian proyek.
Di akhir pernyataannya, Danang menekankan pentingnya dialog lanjutan dan evaluasi mendalam untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan yang ada, khususnya dalam penyelesaian proyek Bendungan Meninting. Baginya, penting agar proyek pembangunan dapat berjalan sesuai rencana, transparan, dan akuntabel.
Danang juga berharap agenda ini dapat menghasilkan solusi konkret, baik dari sisi teknis maupun manajerial, serta mendorong keterbukaan informasi dalam pelaksanaan proyek-proyek di Indonesia.